STUDI KOMPARASI
:TEORI WILSON, KUHLTHAU DAN DAVID ELLIS MENYANGKUT PRILAKU PENCARIAN INFORMASI
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI
PENGGUNA DIPERPUSTAKAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan pusat
sumber informasi yang memiliki pengguna yang kebutuhannya
terus berubah dalam memenuhi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi itu merupakan unsur
penting dalam perencanaan layanan informasi di perpustakaan pada
masa mendatang. Memahami
kebutuhan informasi
pemustaka
memerlukan kerja
sama antara pustakawan dan pemustaka. Pemustaka merupakan prioritas
utama kelangsungan hidup lembaga informasi seperti perpustakaan. Kebutuhan informasi pemustaka perlu diidentifikasi dalam rangka memuaskan pemustaka. Kepuasan pemustaka
akan berimplikasi kepada perbaikan terus menerus sehingga kualitas harus diperbarui setiap
saat agar pemustaka terpenuhi
kebutuhan informasinya. dalam hal ini perpustakaan harus mampu
memberikan sumbangsih pemikiran terhadap sejauhmana tingkat kebutuhan pemustaka
serta perpustakaan dituntut untuk terus berbenah dalam pemenuhan kebutuhan
informasi bagi para pemustaka.
Dalam paradigma
baru, perpustakaan adalah
sesuatu yang hidup, dinamis, segar
menawarkan hal-hal yang baru, produk layanannya inovatif dan dikemas sedemikian rupa, sehingga apa
pun yang
ditawarkan
oleh
perpustakaan
akan
menjadi
atraktif,
interaktif,
edukatif dan
rekreatif bagi pengunjungnya. produk layananya dipublikasikan melalui
berbagai cara, baik melalui media
cetak maupun media elektronik kepada masyarakat.
Perpustakaan di kelola secara profesional. Pegawainya berpenampilan rapi, ramah, dapat memberikan layanan yang menyenangkan kepada masyarakat pengguna
perpustakaan. Gedung atau ruangannya ditata dengan apik, sejuk dan nyaman mengikuti perkembangan
zaman.[1]
Melihat
penomena-penomena yang terjadi saat ini maka perpustakaan harus mampu
bertransformasi dalam proses penyebaran dan pemenuhan kebutuhan pemustaka di
era keterbukaan informasi yang saat ini dapat dirasakan melalui berbagai macam
media yang mampu mengcover berbagai informasi yang mudah didapatkan oleh
permustaka. Hal ini tentu saja sangat membantu para pemustaka dalam mencari
informasi yang sesuai degan kebutuhan masing-masing serta degan adanya kegiatan
pemenuhan kebutuhan inforasi pemustaka yang baik dan sesuai degan kebutuhan
maka akan dapat mengurangi tindakan-tindakan yang akan terjadi dikalagan
pemustaka seperti perilaku pemustaka dalam menelusur, mendapatkan informasi dan
bukan hanya itu saja prilaku pemustaka juga sering ditemui tindakan-tindakan
yang merusak atau yang dienal degan prilaku vandalisme.
Kajian tentang perilaku pencarian
informasi juga dilakukan oleh pakar manajemen, terutama
untuk riset pemasaran produk. Di dunia
perpustakaan, informasi menjadi garapan
utama pengelolaannya
untuk
kepentingan
peningkatan
kualitas
manusia pada
umumnya.
Dengan menggunakan metode penyebaran informasi, diharapkan masyarakat dapat
mengakses secara terbuka sehingga pengetahuan masyarakat akan terus meningkat sejalan dengan penghidupannya. Bukan
hanya itu degan pemenuhan kebutuhan yang baik yang dilakukan oleh perpustakaan
dalam proses penyediaan informasi juga berdampak kepada menurunya
prilaku-prilaku pencarian informasi yang tidak sesuai didalam proses pencarian
sebuah informasi.
Melihat beberapa penomena-penomena yang
terjadi dikalagan pemustaka dalam proses mencari informasi seperti prilaku
merusak dan lain sebagainya maka perpustakaan juga diharapkkan mampu
menyediakan informasi yang sesuai degan kebutuhan sehingga dapat menguragi
prilaku-prilaku yang kurang baik yang di lakukan oleh para pemustaka dalam
proses pecarian informasi di era globalisasi yang semakin meningkat dan berkembang.
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini iyalah untuk mengetahui jenis prilaku
pencarian informasi di perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi
mereka serta kebutuhan informasi apa yang sesuai yang dibutuhkan dan mengukur
teori-teori prilaku pencari informasi seperti teori wilson dan david ellis yang
sesuai degan keadaan saat ini sehingga dapat diadopsi sebagai sebuah acuan
dalam proses analisis kajian pengguna terutama prilaku pencarian informasi di sebuah
lembaga perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perpustakaan
Perpustakaan
berasal dari kata pustaka, yang berarti buku. Dalam hal ini dapat
dilihat degan berawalan per dan berakhiran an menjadi
perpustakaan. [2]Perpustakaan
dalah salah satu lembaga yang menghimpun berbagai jenis informasi yang dapat
digunakan oleh seluruh penggunaperpustakaan serta didalam perpustakaan juga
menyimpan karya cetak,rekam dan berbagai bentuk lainya.Dalam dunia perpustakaan
yang menjadi msyarakat pemakai dapat disebut dengan pemustaka atau orang yang
berkunjung, mencari dan menemukan informasi di perpustakaan baik itu informasi
yang tercetak maupun non cetak.
B.
Kebutuhan informasi
Kebutuhan informasi pada setiap orang pastilah
berbeda-beda dalam dalam kalagan masyarakat pstinya setiap orang memiliki
kebutuan informasi yang tidak sama. Dalam hal ini para ahli pun mengemukakan
juga seperti Kulthau yang dikutipoleh ishak menyatakan bahwa kebutuhan infrmasi
muncul akibat kesejenjagan perngetahuan yang yang terdapat didalam diri
seseorang ayng munculnya dorogan akan mencari suatu kebutuhan yang diperlukan.[3]
Dalam pandagan morgan dan king yang dikutip
oleh Wilson mengemukakan bahawa munculnya jenis kebutuhan informasi dilatar
belakangi dari tiga motif yaitu:
1. Physiological motives, iyalah kebutuhan yang
didasari dari diri sendiri
2. Unlearned motives, dalam hal ini kebutuhan
informasi yang terjadi karena adanya kepentigan seperti tugas, pekerjaan dan
informasi yang digunakan dalam mengambil sebuah keputusan.
3. Social motives, kebutuhan informasi
terjadi karenaadanya permintaan inforamasi dari orang lain yang semestinya
dicari sehingga munculah kegiatan penelusuran informasi dalam bentuk perilaku
pencarian informasi[4]
Menurut Katz, Gurevitch dan Haas seperti
yang
dikutip
Alexis Tan, orang
yang mempunyai tingkat pendidian lebih tinggi
banyak mempunyai
kebutuhan-kebutuhannya
dibandingkan
dengan orang yang berpendidikan
rendah. Yang dimaksud adalah orang yang berpendidikan tinggi sudah
jelas leih banyak membutuhkan informasi dalam menunjang proses pendidikanya
serta orang yang tidak berpendidikan tinggi yang dimaksud iyalah orang yang
diyakinilebih sedikit membutuhkan informasi dan informasi yang dicaripun
biasanya sesuai kebutuhan saja. Dalam hal ini membahas mengenai kebutuhan–kebutuhan
yang harus dipenuhi atau yang harus
dipuaskan adalah sebagi berikut:
1.
Kebutuhan kognitif; kebutuhan ini
bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan
pemahaman orang terhadap lingkungannya. Kebutuhan ini
didasarkan pada keinginan
individu untuk memahami dan
menguasai
lingkungannya. Sebagai contoh
dalam
kehidupan sehari-hari, kita
selalu merasa ingin tahu
akan segala sesuatu yang
pernah dan sedang terjadi.
2.
Kebutuhan afektif;
kebutuhan ini
dikaitkan dengan kebutuhan
estetis (hal
yang
dapat menyenangkan dan
pengalaman
emosional). Media
komunikasi dapat dijadikan sebagai
alat untuk memuaskan kebutuhan afektif,
sebagai contoh televise,
radio, dan komputer. Afeksi dalam pembahasan
ini dimaknai sebagai rasa penghargaan
diri terhadap situasi, kondisi, waktu, lingkungan
3.
Kebutuhan
integrasi personal; kebutuhan
ini
dikatkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan,
satabilitas, dan
status individu.
Kebutuhan
ini berasal dari hasrat seseorang
untuk mencari harga diri. Dalam hal ini seseorang merasa tampil
beda dalam menelususr informasi apalagi seseorang itu sudah lebih dulu
mengetahui informasi yang akan di cari yang didapatkan secara manual ataupun online
itu dapat menimbulkan kematangan dalam pencarian sebuah nformasi.
4.
Kebutuhan integrasi sosial; merupakan kebutuhan
untuk berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan
orang lain
dalam
masyarakat. kebutuhan ini sering terjadi pada
setiap individu yang berkeingginan untuk berkomunikasi degan orang lain.
5.
Kebutuhan
berkhayal; kebutuhan
ini dikaitkan dengan kebutuhan
untuk
melarikan diri, melepaskan ketegangan,
dan
hasrat untuk mencari hiburan.
Apabila seseorang
tidak puas dengan kehidupan sosial di
lingkungannya, kemudian dapat melarikan diri ke dalam dunia
yang
sesuai dengan apa yang
diinginkan, contohnya dunia maya.
C.
Prilaku Pencari Informasi
Perilaku pencari informasi dalam dunia maya tergantung
dari kebutuhan akan informsi, kecakapan seseorang terhadap teknologi.
Strategi-strategi yang dilakukan
pencari
informasi mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mendapatkan informasi sehingga
bermanfaat dan sesuai
dengan apa yang dicari. Dalam hal prilaku pencari informasi
adalah seseorang yang benar-benar membutuhkan sebuah informasi yang dilakukan
secaraberbeda-beda sesuai degan keingginan individu-individu itu sendiri. Adapun tahapan pencarian
informasi dengan
model ini adalah sebagai berikut[5]
1.
Definisi tugas; setiap mahasiswa harus mampu mendefinisikan
pertanyaan informasi
yang akan
dicarinya.
2.
Strategi pencarian informasi; setelah
mahasiswa dapat
mendefinisikan
permasalahannya,
maka ia harus memutuskan
sumber infromasi
manayang paling sesuai
untuk menyelesaikan
pertanyaannya.
3.
Lokasi
dan akses; tahapan
ini
merupakan kegiatan implementasi dari strategi pencarian informasi yang
telah di
tetapkan di awal dengan
menemukan
lokasi dan akses yang sesuai.
4.
Penggunaan informasi; setelah mahasiswa
menemukan
informasi
yang
dibutuhkan, mereka dapat menggunakan
keterampilannya untuk menggunakan informasi
tersebut.
D.
Pendekatan Prilaku Pencari Informasi
Perilaku informasi merupakan suatu
tindakan yang dilakukan individu
dalam
mengidentifikasi kebutuhan
informasi, mencari
informasi melalui berbagai sumber
dan saluran informasi, dan
menggunakan atau
mentransfer informasi tersebut[6]. Sedangkan
menurut Putu Laxman
Pendit
yang
mengulas
pandangan TD Wilson, batasan perilaku informasi adalah sebagai berikut ini:
1.
Perilaku informasi
(information
behavior); merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk
perilaku pencarian dan
penggunaan
informasi, baik secara aktif
maupun secara pasif. Menonton acara televisi
bisa dianggap sebagai perilaku
informasi,
demikian
juga komunikasi antar muka
(antar pribadi).
2.
Perilaku penemuan
informasi (information seeking
behavior)merupakan
upaya
menemukan
dengan
tujuan tertentu sebagai akibat adanya kebutuhan
untuk memenuhi
tujuan tertentu. Dalam
upaya ini, seseorang bisa saja
berinteraksi dengan sistem informasi hastawi
atau manual (misalnya surat
kabar, majalah, perpustakaan).
3.
Perilaku pencarian informasi (information
searching behavior); merupakan perilaku
di tingkat mikro, berupa
perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang
ketika
berinteraksi dengan sistem informasi.
Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan
sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau tindakan
mengklik
sebuah link), maupun di tingkat
intelektual
dan mental (misalnya penggunaan strategi
Boolean, atau keputusan memilih
buku yang paling
relevan di antara deretan buku di
perpustakaan).
4.
Perilaku penggunaan informasi
(information
user behavior); yakni terdiri
atas tindakan-tindakan fisik maupun mental yang
dilakukan seseorang ketika
seseorang menggabungkan informasi
yang
ditemukannya dengan pengetahuan dasar
yang telah dimiliki
sebelumnya.
E.
Jenis prilaku pencari informasi
Adapun jenis
prilaku pencari informasi yang sering kita ketahui adalah sebagai berikut:
1.
Mengakses
informasi
Dalam hal ini
biasanya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemustaka adalah mencoba melakukan
pegaksesan sebuah informasi baik itu edia cetak maupun media elektronik. Dalam
tahapan ini seseorang biasanya melakukan kegiatan penelusuran informasi bisa
saja dari media handphon, internet, dan media elektronok lainya yang ada
di sebuah perpustakaan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seseorang dalam
proses pencarian inforamasi dalam pemenuhan kebutuhan dalam pembuatan tugas dan
lain sebagainya.
2.
Mendapatkan
informasi
Informasi yang
sudah di akses akan di saring dan sesuai kebutuhan dan mendapatkan informsi
yang sesui dan relevan. Biasanya seseorang dalam menelusur inforamasi terlebih
dahulumelihat sumber informasi mana yang lebih akurat dengan kebutuhan yang
dicaris, selain itu contoh yang terdapat didalam sebuah perpustakaan ketika
seseorang pemustaka mencoba mencari salah satu koleksi yang berkenaan dengan
bahasa maka mereka akan mencari dan mengamati terlebih dahulu bahasa mana yang
akan diambil dan dijadikan sebagai kebutuhan yang sesuai dengan yang
diingginkan.
3.
Mengevaluasi
informasi
Informasi yang
sudah di dapat hendaknya dilakukan verivkasi kembali atau di evaluasi apakah
informasi yang didapat sesuai dan relevan degan keingginan pemustaka. Dalam
tahapan ini biasanya dapat kita lihat bahwasanya seorang pemustaka yang datang
keperpustakaan dan melakukan penelususuran serta mereka mampu mengidentifikasi
sebuah informasi yag sudah didapatkan dan selanjutnya mereka akan melakukan
evaluasi informasi yang sudah didapat apakah sudah sesuai dengan keingginan
atau sebaliknya.
F.
Analisis Teori Wilson Mengenai Prilaku Pencarian Informasi
Wilson mengemukakan pendagan ya terhadap konsep perilaku pencarian
informasi yang mana hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebutuhan
fisiologis, efektif maupun kognitif dala hal itulah yang dapat mempengaruhi seseorang
dalam berprilaku mencari informasi dan selain itu ada beberapa faktor lai yang
memperngaruhi seperti rintangan yang dilakukan seseorang dalam bertindak dalam
lingkungan sebuah sistem informasi.
Dalam hal ini Wilson menggambarkan perilaku pencarian informasi dalam dua model. Model yang pertama di buat pada tahun 1981 dan yang
kedua pada tahun 1996. Model yang
pertama di
identifikasikan dalam 12 komponen yang di mulai dari pengguna informasi.[7]
Pengguna informasi dalam model ini mempunyai kebutuhan informasi tertentu. Dari kebutuhan informasi tersebut, akan menciptakan perilaku pencarian informasi yang terdiri
dari permintaan sistem
informasi dan permintaan sumber informasi lain. Hasil dari perilaku
pencarian
infromasi tersebut yaitu sukses atau gagal. Ketika proses tersebut sukses
maka pengguna mendapatkan
informasi, dan
akan
timbul rasa
puas dan
tidak
puas yang
dilanjutkan ke proses transfer
informasi
kepada orang lain, kemudian
terjadilah
kegiatan pertukaran informasi.
Model yang
kedua ini terbatas pada kontek pencarian informasi dan Wilson menganggap bahwa perilaku informasi merupakan proses melingkar
yang langsung berkaitan dengan pengolahan dan
pemanfaatan informasi dalam konteks
kehidupan seseorang.
Pada tahun 1996 wilson merevisi teorinya sendiri yang telah diusulkanya pada
tahun 1981, perilaku pencarian informasi yang diusulkan oleh wilson(1996)
yaitu:
1. Passive
attention, yang
dimaksud dalam hal inidalah perhatian pasif yan dilakuka seseoran yang terdapat
dimamapu ia berada dalam perolehan sebuah inforamasi terjadi,dalam hal ini
dapatdiberikan contoh seperti seseorang yang mendengarkan radio ataupun
menonton televisi dimana dalam hal ini sebelumnya tidak ada niatan seseorang dalam mencari informasi. Dala hal inicontoh
disebuah perpustakaan iyalah seseorang yang msebelumnya hanya main-main
keperpustakaan dan dia melihat ada buku yang menarik alalu ada ketertarikan
untuk meminjam salah satu koleksi yang tampa sengaja ia temukan.
2. Passsive
search, Dalam hal
ini suatu peristiwa yang ditandai dengan adanya tingkah laku dalam pencarian
yan dilakukan oleh seseorang yang dihasilkan dari perolehan inforamasi yang
relevan tehadap dirinya. Contoh nya dalam hal in ada seseorang yang mencari
sebuah informasi disebuah perpustakaan yang sesuai dengan jurusanya seperti ia
sedang mencari tentang fisika maka diapun akan mencari koelksi yang berkaitan
dengan pelajaran fisika.
3. Active
search dlam hal
ini wilson mengungkapkan bahwa pencarian aktif iyalah tipe pencarian yang
dilakukan saat seseorang secara aktif mencari sebuah inforamasi. Dalam hal ini
kita dapat melihat contohnya seperti pengguna perpustakaan yang sering datang
ke perpustakaan dengan mencar satu sumber-sumber informasi yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka serta kegiatan pencarian informasi ini secara rutin
dilakukan. Seperti seseorang yan mencari buku atau koleksi yang berkenaan
dengan pembelajaran kimia maka pada hari itu dan pada kesempatan selanjutnya
mereka akan mencari buku atau koleksi yang lainya hal ini bersifat continue.
4. On going, pada kesempatan ini wilson
menawarkan konsep yang dihasilkan dari dirinya sendiri dengan menyebutkan bahwa
perilaku pencarian informasi meliputi pencarian yang bersifat berlanjut dalam
hal ini dijelaskan bahwa dengan pencarian yang berlanjut dan dapat disusun
membuat kerangka dasar dari sebuah gagasan, kepercayaan, nilai dan sebagainya, kemudian pencarian informasi akan
terus berlanjut dilakukan untuk memperbaharui serta memperluas sebauh kerangka
tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat contohnya dalam kehidupan sehari-hari
seseorang akan mencari inforamasi mengenai politik dan ekonomi serta ketika
kita kaitkan denga perpustakaan maka perilaku ini telah terjadi di sebuah
perpustakaan seperti seseorang akan mencari sebuah katalog dengan menggunakan
opac atau yang bisa kitakenal dengan sarana pencaria informasi bag para
pengguna dalam rangka mempermudah pencarian dan temu kembali sebuah informasi.
Dari
penjelasan diatas maka wilson
menjelaskan bahwa perilaku informasi merupakan proses yang melingkar yang
langsing berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan sebuah nformasi yang
terdapat dalam kehidupan seseorang. Dalam hal ini prilaku pencarian inforamasi
tidak langsung datang dari diri seseorang melainkan adanya tekanan dan dorogan
kebutuhan akan inforamasi yang dapat dipicu juga akan pemahaman dan pengetahuan
yang menjad persoalan dalam hidup seseorang.
Kebutuahan akan
informasi tidak langsung berubah menjadi perilaku
mencari informasi, melainkan harus dipicu terlebih dahulu oleh pemahaman seseorang tentang persoalan dalan kehidupannya. Kemudian, setelah
kebutuhan informasi berubah menjadi aktivitas mencari informasi, ada beberapa hal yang
mempengaruhi perilaku tersebut, yaitu:
1. Kondisi psikologi seseorang
Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku
informasi yang berbeda dibandingkan dengan
seseorang yang sedang gembira dan dalam hal ini orang akan menampilkan
sikap yang berbeda dalam melakukan penarian infrmasi.
2. Demografis
Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam hal ini. Kelas
sosial juga dapat mempengaruhi
perilaku
informasi seseorang. Peraruh geografis ini melingkupi kelas
sosial masyarakat yang cenderung akan dapat mempengaruhi suatu perilaku
seseorang dan tidak hanya itu kebiasaan ini timbul dari dorogan dan kebiasaan
yang suduah muncul seperti seseorang yang tidak terbiasa dengan mengakses
informasi menggunakan media degan orang yang sudah hidup di zaman teknologi
yang semakin maju dan berkembang.
3. Peran
seseorang di
masyarakat
Peran ini khususnya dalam hubungan interpesonal ikut mempengaruhi perilaku informasi. Dalam hal ini seperti sangat berdampak kepada perilaku
seseorang seperti contohnyaseorang guru yang ada di sebuah sekolah yang akan
menyebabkan perilaku berbeda dibandingkan dengan seorang pelajar serta
seandainay mereka berdua pergi keperpustakaan dan ertanya ke petugas perpus
pati memilikicara dan sikap yang berbeda dalam bertanya dan bertingkah laku
dalam proses mencariinformasi.
4. Lingkungan.
Dalam
hal ini adalah lingkungan terdekat maupun degan lingkungan yang lebih luas
5. Karakteristik sumber informasi
Karakter media yang akan digunakan dalam
mencari dan
menemukan informasi.
Kelima faktor diatas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi bagaimana
akhirnya seseorang menunjukkan kebutuhan informasi
dalam bentuk perilaku pencari informasi dalam hal ini
kitadapat melihat bahwasanya seseorang
yang sudah terbiasa dengan media dalam menelusur informasi maka akan
jauh berbeda dengan orang yang jarang menyentuh yangnamanya mediahal ini
disebabkan oleh keterbatasan ekonomi maupun kondisi sosial budaya
masyarakatnya.
Berdasarkan
penjelasan diatas dari lima fator itu menurut wilson sungguh sangat
mempengaruhi seseorang dalam bagaimana ia berusaha dalam memenuhi kebutuhan
inforamasinya dalam bentuk perilaku pencarian informasi. Dalah hal ini banyak
orang selalu menimbang akan resiko yang dia lakukan dalam pencarian informasi
serta pada tahapan ini seseorang banyak menyesuaikan atau menselaraskan tentang
kondisi dan situasi yang mereka hadapi seperti seorang dosen atau profesor
ketika dia berbicara dengan masyarakat yang biasanya tidak sekolah atau bukan
dari gologan akademisi maka sikap yang dimunculkan oleh seorang profesor itu
papsti berbeda.
Pada
ahirnya, didalam konsepnya wilson ini dapat kita sksikan bersama bahwa terdapat
berbagai prilaku pencarian informasi yang di usung oleh wilson yang diantaranya
meliputi, perhatian pasif seperti melakukan observasi dan browsing dalam
mencari informasi sampai pada tahapan pencarian secara berkala dan tidak hanya
itu kita juga tidak bisa menganggap seseorang yang datang keperpustakaan hanya
semata-mata mempunyai kebutuhan yang jelas dan pasti akan etapi kemungkinan
besar banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemenuhan kebutuhan serta
yang terbentuk menjadi sebuah prilaku.
G.
Analisis pemikiran david ellis dalam proses pencarian informasi
Ellis dalam
Yusup mengemukakan beberapa karakteristik
perilaku informasi berdasarkan penelitiannya terhadap para peneliti social, sains, dan insinyur. Ellis melakukan pengamatan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan objeknya dalam mencari informasi seperti
membaca, meneliti di laboratorium,
dan menulis
makalah[8]kegiatan-kegitan tersebut menjadi :
a.
Starting
Yaitu kegiatan yang sifatnya pencarian awal informasi seperti mengidentifikasi referensi yang
dapat menjadi titik awal daur pencarian. Referensi ini termasuk sumber yang telah
digunakan sebelumnya seperti sumber lain yang diharapkan menyediakan informasi yang
digunakan. Contoh dalah tahapan ini adalah
seorang individu sudah menemukan sebuah informasi yang dia temukan lalu dia
hanya terfokus ke satu sumber saja serta walapun sumber yang dia dapat sudah
beberapa kali digunakan. Hal ini biasanya menimbulkan dampak kepada kegiatan
prilaku pencarian informasi yang salah atau dapat dikatakan bisa saja baik dan
bisa saja tidak baik, dimaksudn yang baik adalah mereka menemukan satu sumber
informasi lalu mereka berusaha untuk memparaprasenya dan yang dimaksuddenga
kurang baik adalah mereka yang menemukan satu sumber informasi lalumereka tidak
lagi memparaprsen serta langsun mereka ambil saja seperti copy paste.
b.
Chaining
Yaitu
kegiatan merunut
rangkaian
sitasi atau
bentuk hubungan referensial antarmateri
atau sumber sumber yang diidentifikasi selama aktivitas ‘starting’. Aktivitas ini bisa saja mundur
atau maju. Aktivitas chaining
mundur dilakukan
apabila referensi yang dipakai
adalah
sumber utama. Sebaliknya, aktivitas chaining maju dilakukan dengan mengidentifikasi dan
mengikuti referensi menuju
sumber lain yang mengacu pada sumber asli. Tahapan ini meliputi kegiatan pencarian
informasi yang dilakukan oleh seseorang yang mana mereka melakukan penelusuran
informasi serta dalam hal ini dia juga berusaha untuk menelusur sumber dan
mengindentifikasi sumber yang sudah didapat sebagai salah satu alat utuk
menemukan sumber-sumber yang lainya sehinggassampai ia menemukan dan
mendapatkan sumber aslinya. Maksunnya orang akan menelusur informsi tidak
dengan satu sumber saja melainkan dia akan mencari sumber utamanya.
c.
Browsing
Yaitu kegiatan mencari informasi di wilayah tertentu yang
dianggap memiliki potensi.
Kegiatan ini tidak hanya membaca sekilas jurnal yang sudah dipublikasikan dan table isi saja
tetapi juga referensi dan abstrak yang menyertai
sumber informasi tersebut. Pada tahapan iniseseorang melakukan
kegiatan seperti ia menelususr sebiah informasi di sebuah internet yang lalu
mereka mendowload sebuah artikel jurnal dan mereka terlebih dahulumelihat
sebuah informasi yang berkaitan denga apa yang sudah ia cari melalui melihat
abstrak nya dulu lalu melihat sumber-sumber yang berkaitan denga hal itu.
d.
Differentiating
Yaitu kegiatan memilah informasi yang
diperoleh dengan memanfaatkan pengetahuan
mengenai perbedaan ciri-ciri sumber
informasi (misalnya, pengarang, cakupan, tingkat detail, dan
kualitas) tersebut guna mengetahui kualitas informasi.
Dalam kegiatan ini dimana seseorang berusaha untuk mengenali sumber-sumber
informasi dan mulai melakukan penngidentifikasian sebuah sumber informasi yang
sebelumnya dia mengetahui kriteria-kriteria sumber informasi yang dianggapnya
jelas seperti pengecekan judul, pengarang serta tahun terbit sehingga mereka
mengetahui bahwasanya informasi yang sumbernya terpercaya dan berkualitas pasti
mengandung informasi yang akurat dan relevan.
e.
Mentoring
Yaitu
kegiatan memantau
perkembangan
di lapangan dengan mengikuti
sumber-sumber tertentu yang
telah dipilih secara
teratur (misalnya, jurnal utama, Koran, konferensi, majalah, buku, dan katalog).
Dalam tahapan ini seseorang biasanya mekaukan kegiatan pencarian informasi
berdaskan sumber literatur yang sudah dipilih dan sifatnya teratur dan
sitematis seperti seseorang menelusur sebuah inforamsi melalui jurnal, koran ,
surat kabar, tablid dll.
f.
Extracting
Yaitu aktivitas yang berhubungan dengan melanjutkan pencarian
dengan menggali lebih dalam
sumber informasi dan
mengidentifikasi relevansi
materi yang ada dengan
selektif.
Kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencari sebuah informasi secara terus
menerus dan berusaha untuk mengidentifikasi inforamasi yang sudah didapat serta
mengamati keakuratan sebuah isi dan relevansi dari sebuah infomasi tersebut.
g.
Verifying
Pada tahap ini pemustaka melakukan pengecekan informasi yang
meraka temukan selama
pencarian,
dan memilih yang sesuai dengan
kebutuhan informasinya.
h.
Ending
Tahapan ini merupakan tahapan akhir, dimana
pemustaka melakukan diskusi bersama
pihak lain yang
dianggap lebih
mengetahui
informasi
yang
dikaji guna
dalam menentukan
informasi mana yang digunakan.
H.
Analisis teori perilaku pencari informasi Kuhlthau
Mengenai penjelasan tentang prilaku pencari informasi telah kita ketahui
bahwa tokoh-tokoh yang sudah terkenal seperti wilson, david ellis maka selain
dari dua tokoh itu maka adasalah satu tokoh yang memberikan konsep teori
mengenai perilaku pencarian infroamasi seperti Kuhlthau berdasarkan apa yang
sudah di kemukakakanya mengenai perilaku pemcarian informasi memiliki beberapa
tahapan diantaranya iyalah[9]:
1. Initiation,
dalam hal ini melalui tahapan ini
seseorang menyadari bahwa informasi yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan
seperti pengerjaan tugas. Dalam hal ini seseorang lebih cenderung untuk
merenungkan sesuatu yang ingin dikerjakan atau sesuatu yan ingin dicari berdasarkan
dengan pemahaman dan mengalaman yang mereka punya serta mempertimbangkan suatu
topic yang akan dicari agar dapat melengkapi tugasnya, akan tetapi dalam hal
ini perasaan mereka cenderung dilingkupi dengan perasaan ketidakpastian.
Cntohnya dalam hal ini seperti sesorang yang ingin mencari buku pelajaran akan
tetapi meraka binggung buku pelajaran yang sepertiapakah yang tepat.
2. Topic
selection, tahapan ini dimana seseorang merasa perasaanya yang merasakan
ketidakpastian masih berlanjut dan dalam hal ini mereka merasa ada sedikit
optimisme dan kegembiraan ketika sesuatu kegiatan seleksi selesai dibuat. Hal
yang dilakukan sesorang untuk megidentifikasi dan berusaha memilih topic yang
utama yang sekiranya akan diteliti dan
selanjutnaya akan memikirkan metode apa yang digunakan dalam proses pencarian.
Contohnya dalam hal ini seperti orang yang sedang mengamati sesuatu kejadian
serta meraka berusa untuk menganalisis dan mencarikan metode yang tepat dan
solusi penyelesaianya dengan rasa percaya diri.
3. Exploration,
dalam tahapan ini adalah salah satu
proses yang sangat membinggungkan dan yang paling sulit karena perasaan ketidak
pastian akan bertambah seiring dengan sebuah pencarian yang dilakukan menemui
ketidak cocokan dan tidak konsisten dengan konsep yang ada sebelumnya. Dalam
hal inidapat kita berikan contoh seperti seseorang yang menelusur informasi di
perpustakaan dan mereka menemukan informasi yang tidak sesuai ata tidak cocok
dengan keingginan.
4. Focus
formulation, yaitu tahapan dimana ketidak jelasan berkurang dan dalam hal
ini munculnya kepercayaan diri yang meningkat. Dalam hal ini juga menghimpun
informasi yang sudah didapatkan dan di indentifikasi serta dipilih untuk
mmbentuk suatu pandangan yang focus. Dalam hal ini contohnya seseorang sudah mampu
memikiran salah satu topic tertentu dan menjadikanya fokus serta mulailah
tahapan pencarian ke rak dan tampa memikirkan hal-hal yang lain yang diluar
fokus itu sendiri.
5. Collection,
dalam hal ini dapat dilihat bahwa
interaksi antara pengguna dan sistem sangat berhubungan dan dapat diyakini
bahwa sangat epektif dan efesien. Contoh dari tahapan iniseperti seseorang
pemustaka yang keperpustakaan lalau dia menggunaka alat penelusur seperti opac
yang mereka yakini bahwa akan mendapatkan informasi yang cepat dan tepat.
6. Presentation,
yaitu tahapan dimana ada perasaan yang
lega dan kurangnya akan kehawatiran serta perasaan yang dirasa puas ketika
pencarian berjalan dengan baik, kekecewaan atau sebaliknya. Contohnya iyalah
seperti pemustaka yang mencari informasi lalu mereka menemukan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan serta bisa juga mereka mendapati kekecewaan dengan
informasi yang didapat kurang sesuai atau tidak cocok dengan keingginan.
I.
Implementasi Teori Ellis (Perilaku Pencarian Informasi)
Berdasarkan penjelasan diatas maka
prilaku pencari informasi diperpustakaan adalah salah satu yang tidak
terlepaskan dari setiap individu maupun kelompok dan hal ini tampak jelas degan
banyaknya prilaku pencari informasi di sebuah perpustakaan iyalah hasil dari
sebuah pemikiran pemustaka dalam proses penelusuran informasi yang diyakini
dapat sesuai dengan keingginan dan kebutuhan. Melihat lebih jelas bahwasannya
banyak teori-teori yang membahas mengenai bagaimana siklus prilaku pencarian
informasi yaitu teori wilson dan teorinya david elllis. Hal ini dapat
dianalisis bahwasanya dilihat dari katakteristik teori dan tingkat
kesesuaiannya degan pemustaka pada saat ini yang dianggap dapat di pakai dan
sesuai iyalah penggunaan teorinya david
Hasil dari
penemuan-penemuan yang didapatkan oleh ellis dapat kita gambarkan
tahapan-tahapan dalam proses pencarian informasi yang paling utama di temui di
teorinya Ellis iyalah degan starting dan diakhiri dengan ending. Dalam
hal ini teori yang di kemukakan ellis dapat dilihat dari kesesuaianya yang
lebih cocok untuk diamlikasikan di sebuah perpustakaan perguruan tinggi karena
karena pemustakanya banyak melakukan penelitian seperti skripsi, thesis, dan
disertasi.[10]
Teori Ellis
dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna pada saat mencari
sebuah informasi yang yang dikemukakan Ellis, dimana terdapat proses differentyating,
monitoring dan verypying dalam hal ini sebuah pencarian informasi
yang dilakukan perlu melakukan pegecekan, memantau dan memilih sebuah informasi
yang cakupanya lebih luas sehingga perlu aadanya kegiatan kerjasama antar
perpustakaan dan layanan silang perpustakaan.
Membahas lebih
jauh mengenai teori yang di kemukakan oleh Ellis dalam hal penerapannya teori
ini tidak cocok untuk digunakan di sebuah perpustakaan sekolah, apalagi sekolah
dasar karena proses nya yang diawali dengan starting,chaining, dan
monitoring. hal ini tampak jelas ketika di sekolah harus memulai degan
bertanya kepada orang yang lebih ahli serta pencari informasi juga bisa
menuliskan inforamasi-informasi yang dianggap penting dan memantau informasi
terbaru, sayangnya teorinya Ellis ini belum bisa diterapkan, karena
diperpustakaan sekolah pemustakanya masih anak-anak dan dirasa kurang efektif.
J.
Implemtasi teori Wilson (Prilaku Pencarian Informasi)
Dalam
penerapan teori Welson yang mebahas mengenai prilaku pencari informsi yang
dapat kita lihat bahwa teori ini memiliki cakupan yang sangat luas dan kompleks
yang dapat digunakan di berbaga jenis perpustkaan. Hal ini disebabkan oleh
sikap pencarian informasi yang tidak terfokus kepada tujuan dalam mencari
sebuah informasi yang dilakukan oleh pemustaka di sebuah perpustakaan.[11]
Maksudnya ketika pemustaka pergi keperpustakaan dan mereka melihat ada judul
buku yang menarik maka mereka baca dan menarik perhatian pastinya mereka akan
mencari judul yang lain yang lebih menarik. Dalam hal ini penulis beranggapan
bahwa teori Wilson dapat diterapkan di berbagai perpustakaan dan strategi yang
harus dilakukan dalam perpustakaan untuk mengantisipasi prilaku pemakai pada
teorinya Welson ini adalah dengan cara menambah fasilitas penelusur dan
perbaikan kualitas koleksi yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Bentuk
implementasi teori wilson di perpustakaan adalah sebagai berikut:
1.
Menyediakan
fasilitas peneusuran
Dalam ha ini
didalam perpustakaan peru menyediakan fasilitas peneusuran seperti opac dan
kataog manual yang biasanya digunakan oleh seorang pemustaka dalam proses
pencarian informasi serta denga melihat kapasistas teori wilson ini yang
cakupanya sangat luas maka fasilitas adalah salah satu sarana penunjang bagi
pemustaka dalam proses pencarian seperti seseorang sendang menelusur informasi
dan memerlukan jarigan internet dan tempat duduk yang dapat memungkinkan
seseorangdapat merasa nyaman dalam proses penelusuran sehingga fasilitas yang
disediakan dapat memungkinkan digunakan banyak orang khususnya di sebuah
perpustakaan.
2.
Memberikan
arahan
Penerapan
konsep wilson ini didalam kesempatan ini perlu melakukan arahan aaupun bimbigan
peneusuran inforamasibagipara pemustaka sehingga kebutuhan pemustaka akan lebih
efektif ditemukan. Dan dalam hal inidiperpustakaan tentunya memiliki tenaga
profesiona pustakawan yang pasti siap dalam membantudan mengarahkan seorang
pemustaka yang sedang kesulitan dalam proses penelusuran informasi, tentu hal
ini akan memudahan sesorang dalam menemukan sebuah informasi yang ia cari.
3.
Menyediakan
koleksi yang sesuai.
Dalam tahapan
ini adalah yang diamana seseorang akan mereasa kebutuhan informasi akan
dipenuhi dengan banyaknya informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan dalam hal
ini penerapan diperpstakan perlu menyediakan banyak koleksi inforamsi baik
cetak maupun non cetak sehinggaseseorang akan lebih mudah dalam menemukan informasi.
Seingga jangkauan seseorang dalam menelusur bisa lebih luas da tidak bersifat
kompleks.
K.
Implementasi Teori Kuhlthau dalam prilaku pencarian informasi
Dalam konsep
teori yang di usung oleh kuhtlhau dalam
hal ini dia erpendapat bahwa didalam konsepnya menyebutkan bahwa dalam
langkah-langkah pencarian informasi adalah sebuah alur yangsangat apik yang
dipengaruhi oelh berbagai macam aspek seperti kebutuhan kognitif, afektif dan
motorik. Dalam hal inidapat kita lihat bahwa terdapat sebuah penelitian yang
telah dilakukan kuhlthau. Dia menjelaskan bahwa bagaimana seseorang sisiwa,
mahasiswa dan kariawan. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa yang pas untuk
penerapan teorinya kurhthau ini iyalah seperti di berbagai jenis perpustakaan.
Dlam dalam hal ini teori yang sangat sederhana iyalah konsepnya Ellis yang mana
didalam perpustakaan harus adanya jaringan yang luas dan dalam penjelasan ini
maka terlihat jelas bahwa teorinya kurhthau ini tidak memiliki on going
search dan monitoring sebagaimana yang diungkapkan oleh wilson dan Ellis. [12]
Dalm
imlikasinya salah satu teori kurthau ini sepertinya melakukan antisipasi
didalam sebuah perpustakaan dengan cara meningkatkan kehandalan fasilitas
penelusuran informasi kecakapa serta pentingnyakeramahan pustakawan dalam
memberikan layanan yang baik serta menyangkut masalah ketersediaan koleksi yang
ada disebuah perpustakaan. Karena dalam hal ini telah kita ketahui bahwwa aspek
psikologis sangat mempengaruhi suatu kegiatan yang sering disebut denga
keberlangsungan proses pencarian informasi maka dapat kita analisa ketika yang
terjadi dilapangan menunjukan bahwa salah satu fasilitas seperti pustakawan,
kan kualitas koleksi buruk pastinya banyak pemustaka yang merasa kecewa pada
saat proses kegiatan penelusuran.
L.
Persamaan Dan Perbedaan Teori Wilson, David Ellis Dan Kuhlthau
Dalam dunia
informasi seperti saat ini banyak cara seseorang dalam menelusur sebuah
informasi baik itu di lembaga informasi seperti perpustakaan, musium dan
lembaga lainya. Dalam hal ini tentunya benyaknya bermunculan perilaku pencarian
inforamasi yang dilakukan seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan
inforamasi. Hal ini sudah jelas bahwa ketika kita membahas mengenai perilaku
pencarian informasi tentu tidak terlepas dari peran orang-orang hebat yang
berpengaruh seperti wilson yang
mengemukakan konsepnya mengenai prilaku pencarian informasi pada seseorang
serta dalam hal ini selain wison ada konsepnya David Ellis dan Kkuhthau yang
juga memberikan konsep teori mengenai proses priaku pencarian informasi.
Penjelasan
mengenai berbagai perbedanaa dan persamaan dalam menjelaskan konsep perilaku
pencarian informasi yang terjadi pada setiap orang serta hal ini pun tentu
memiliki perbedaan yang membuat beberpa konsep ini memiliki khas dan caranya
tersendiri dalam mengartikan konsep pencarian inforamsi.
Hal ini tentu
terlihat dari beberapa kosep ini adanya perbedaan dan persamaan. Persamaan dan
perbedaan tiga teori diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kategori
|
Teori Ellis
|
Teori Wilso
|
Teori Karhtlau
|
Istilah
|
Dihubungkan dengan information retrival
|
Information seeking behavior yang menjadi
bagian dari information behavior
|
Information search process(ISP)
|
Cakupan
|
Termasuk dalam tahap pencarian aktif yang dikemukakan oleh wilson
|
Selain pencarian aktif , wilson juga membahas bagaimana informasi
itu muncul
|
Termsuk dalam pencarian aktif yang di kemukakan oleh wilson
|
Tahapan
|
Tidak urut
|
urut
|
Urut
|
Tujuan
|
Hanya mengambarkan ciri-ciri perilaku pencarian informasi dan
strategi yang digunakan
|
Menjelaskan perilaku informasi menurut awal kemunculanya dan
hal-hal yang mempengaruhinya.
|
Menghubungkan dengan aspek psikologis manusia,untuk menjelaskan
perasaan dan pemahaman manusia ketika melakukan pencarian informasi.
|
Keberlanjutan pencarian
|
Terdapat elemen monitoring
|
Adanya tahap on going search.
|
Pencarian informasi selesai dengan adanya tahapan presentation.
|
Dari beberapa
uraian diatas mengenai teori pencarian infrormasi yang dikemukakan oleh David
Ellis, Wilsondan Kuhtlau dapat kita analisis adanya perbedaan dan kesamaan diantara
keduanya iyalah:
a.
Perbedaanya
Menurut
cakupanya bahwa teori David Ellis dan Wilson memiliki perbedaan diantaranya
teori Wilson cakupanya lebih Luas daripada cakupan yang dikemukakan oleh Ellis.
Alasanya kenapa teori Wilson dianggap lebih Luas karena menurut Wilson prilaku
pencari informasi yang aktif yaitu prilaku yang memang dilakukan oleh seseorang
dalam memenuhi kebutuhannya. Wilson memperjelas lagi bahwa prilaku pencari
infrormasi bermula muncul dari kebutuhan yang tidak sengaja. Berbeda degan
penjelasan yang dikemukan oleh ellis tidak memiliki langkah-langkah, namun
hanya membuat elemen yang tahapanya bisa saja tidak berurutan dan berbeda tiap
individu. Selain perbedaa ellis dan wilson maka ada kurthlau juga sedikit
berbeda namun saling berhubungan diantaran kurthau dalam hal ini hanya membahas
apa yang dikatakan oleh wilson saja sebagai pencarian yang aktif saja yang
dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhannya.
b.
Persamaanya
Dari beberapa
perbedaan yang kita temui di dua teori diatas maka kita dapat pula menemui
persamaanya dalam siklus pencarian informasi diantaranya teori Ellis dan Wilson
adanya tahapan on going search dan monitoring. Hal ini dimaksudkan untuk
tetap melakukan pemantauan atau pencarian lanjutan terhadap informasi-inforasi
yang mutakhir. Dalam hal ini konsep kurhthau juga memiliki persaaman diantara
konpep teori yang dituangkan oleh Ellis dan Wilson, disini dapat dilihat bahwa
model pencarian informasi kurhthau ini mengatakan bahwa setiap pencarian
informasi masih bisa berlanjut walapun kemungkinan ditegah jalan akan berhenti
dan seseorang itu akan merasakan keputusasaan. Akan tetapi kurhthau ini
berusaha untuk menghubungkan tahapan-tahapan perilaku pencarian informasi
dengan aspek yang berkaitan dengan pemahaman serta perasaan manusia yang sering
mengalami peningkatan ataupun penurunan dalam pemenuhan kebutuhan informasi.
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku pencari inforamsi
memeliki beragam cara dalam menemukan sebuah informasi serta informasi yang
didapat juga semestinaya sesuai degan kebutuhan dan ke ingginan pemustaka itu
sendiri. Membahas mengenai prilaku pencari informasi dalam memenuhi kebutuhan
informasi maka dari perbandigan teori diatas maka penulis lebih condong ke teori
Wilson karena beberapa komponen yang ada
dirasa sesuai dengan budaya masyarakat informasi yang ada saat di
berbagai macam perpustakaan. Bukan itu saja tetapi penulis lebih condong untuk memilih
teori yang sesuai untuk para peneliti kususnya penggunaan teori ini di terapkan
di perpustakaan perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Case, Donald O. (2002). Looking for information:
a survey of research on information seeking, needs,
and behavior.
London:
Academic Press.
Ishak,
kebutuhan informasi mhasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) FK,
UI Dalam memenuhi tugas journal reading.pustaha. Vol.2, Des. 90-101, 2006
Wilson,
T.
D. (1999).
Models
information behavior research.
Journal of Documentation,55(3), 249-270
Yusup,
Pawit M.
dan
Priyo Subekti. (2010). teori &.(2012).
Perspektif manajemen
praktik penelusuran
informasi (information retrieval).
Jakarta: Prenada Media.
Meho, Lokman I.
2003. Modeling the Information-Seeking Behavior of Social Scientists: Ellis’s Study Revisited. Journal of the American Society
for
Information Science and Technology.
Volume 54, Issue 6,
Article first published online: 25
FEB
2003.
Muslim faturahman, Model-Model Perilaku Pencarian Informasi, (Mahasiswa Pascasarjana Ilmu
Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),2017
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan:Suatu Pendekatan Praktik,
sagung seto:jakarta 2006
Wilson, T.D, informastion-seeking Behaviour:Desingning
information systes to meet aour client needs, 1995,
https;//informationr.net/tdw/publ/papers/acuril.html diakses pada jum’at 20
Desember 2019.
Widiyastuti, perbandigan teori
prilaku pencarian informasi menurut Ellis, Wilson dan Kulthau, Jurnal
Pustaka Budaya , vol 3, No. 2 juli 2016
Wiji suwarno, Dasar-dasar
ilmu perpustakaa:sebuah pendekatan praktis,
Jogyakarta:arruz,2014.
[1] Wiji suwarno, Dasar-dasar ilmu perpustakaa:sebuah
pendekatan praktis. Hal.21
[2] Sutarno NS, Manajemen
Perpustakaan:Suatu Pendekatan Praktik, sagung seto:jakarta, 2006.hlm 11
[3]
Ishak, kebutuhan
informasi mhasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) FK, UI Dalam
memenuhi tugas journal reading.pustaha. Vol.2, Des. 90-101, 2006, Hlm 91
[4]
Wilson, T.D, informastion-seeking
Behaviour:Desingning information systes to meet aour client needs, 1995,
https;//informationr.net/tdw/publ/papers/acuril.html diakses pada jum’at 20
Desember 2019.
[5] Eisenberg,
M.B.
dan Berkowitz, R.E.. (1990). information
needs and
information problem solving: the big six skills approach
to library
and informationskills
[6] Wilson,
T.
D. (1999).
Models
information behavior research.
Journal of Documentation,55(3), 249-270
[7] Case, Donald O. (2002). Looking for information:
a survey of research on information seeking, needs,
and behavior.
London:
Academic Press.
[8] Yusup,
Pawit M.
dan
Priyo Subekti. (2010). teori &.(2012).
Perspektif manajemen
praktik penelusuran
informasi (information retrieval).
Jakarta: Prenada Media.
[9] Widiyastuti,
perbandigan teori prilaku pencarian informasi menurut Ellis, Wilson dan
Kulthau, Jurnal Pustaka Budaya , vol 3, No. 2 juli 2016
[10] Ibid, hlm
61