pencarian inforamasi menurut wilson, kuhlthau dan david ellis


STUDI KOMPARASI :TEORI WILSON, KUHLTHAU DAN DAVID ELLIS MENYANGKUT PRILAKU PENCARIAN INFORMASI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI  PENGGUNA  DIPERPUSTAKAAN

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan pusat sumber informasi yang memiliki pengguna yang kebutuhannya terus berubah dalam memenuhi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi itu   merupakan   unsur   penting   dalam   perencanaan   layanan   informasi   di perpustakaan   pada   masa   mendatang.   Memahami   kebutuhan   informasi   pemustaka memerlukan kerja sama antara pustakawan dan pemustaka. Pemustaka merupakan prioritas utama kelangsungan hidup lembaga informasi seperti perpustakaan. Kebutuhan informasi pemustaka perlu diidentifikasi dalam rangka memuaskan pemustaka. Kepuasan pemustaka akan berimplikasi kepada perbaikan terus menerus sehingga kualitas harus diperbarui setiap saat agar pemustaka terpenuhi kebutuhan informasinya. dalam hal ini perpustakaan harus mampu memberikan sumbangsih pemikiran terhadap sejauhmana tingkat kebutuhan pemustaka serta perpustakaan dituntut untuk terus berbenah dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pemustaka.
Dalam paradigma baru, perpustakaan adalah sesuatu yang hidup, dinamis, segar menawarkan hal-hal yang baru, produk layanannya inovatif dan dikemas sedemikian rupa, sehingga  apa  pun  yang  ditawarkan  oleh  perpustakaan  akan  menjadi  atraktif,  interaktif, edukatif  dan  rekreatif  bagi  pengunjungnya.  produk  layananya  dipublikasikan  melalui berbagai cara, baik melalui media cetak maupun media elektronik kepada masyarakat. Perpustakaan di kelola secara profesional. Pegawainya berpenampilan rapi, ramah, dapat memberikan  layanan  yang  menyenangkan  kepada  masyarakat  pengguna  perpustakaan. Gedung atau ruangannya ditata dengan apik, sejuk dan nyaman mengikuti perkembangan zaman.[1]
Melihat penomena-penomena yang terjadi saat ini maka perpustakaan harus mampu bertransformasi dalam proses penyebaran dan pemenuhan kebutuhan pemustaka di era keterbukaan informasi yang saat ini dapat dirasakan melalui berbagai macam media yang mampu mengcover berbagai informasi yang mudah didapatkan oleh permustaka. Hal ini tentu saja sangat membantu para pemustaka dalam mencari informasi yang sesuai degan kebutuhan masing-masing serta degan adanya kegiatan pemenuhan kebutuhan inforasi pemustaka yang baik dan sesuai degan kebutuhan maka akan dapat mengurangi tindakan-tindakan yang akan terjadi dikalagan pemustaka seperti perilaku pemustaka dalam menelusur, mendapatkan informasi dan bukan hanya itu saja prilaku pemustaka juga sering ditemui tindakan-tindakan yang merusak atau yang dienal degan prilaku vandalisme.
Kajian tentang perilaku pencarian informasi juga dilakukan oleh pakar manajemen, terutama untuk riset pemasaran produk. Di dunia perpustakaan, informasi menjadi garapan utama  pengelolaannya  untuk  kepentingan  peningkatan  kualitas  manusia  pada  umumnya. Dengan   menggunakan   metode   penyebaran   informasi,   diharapkan   masyarakat   dapat mengakses secara terbuka sehingga pengetahuan masyarakat akan terus meningkat sejalan dengan penghidupannya. Bukan hanya itu degan pemenuhan kebutuhan yang baik yang dilakukan oleh perpustakaan dalam proses penyediaan informasi juga berdampak kepada menurunya prilaku-prilaku pencarian informasi yang tidak sesuai didalam proses pencarian sebuah informasi.
 Melihat beberapa penomena-penomena yang terjadi dikalagan pemustaka dalam proses mencari informasi seperti prilaku merusak dan lain sebagainya maka perpustakaan juga diharapkkan mampu menyediakan informasi yang sesuai degan kebutuhan sehingga dapat menguragi prilaku-prilaku yang kurang baik yang di lakukan oleh para pemustaka dalam proses pecarian informasi di era globalisasi yang semakin meningkat dan berkembang. Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini iyalah untuk mengetahui jenis prilaku pencarian informasi di perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi bagi mereka serta kebutuhan informasi apa yang sesuai yang dibutuhkan dan mengukur teori-teori prilaku pencari informasi seperti teori wilson dan david ellis yang sesuai degan keadaan saat ini sehingga dapat diadopsi sebagai sebuah acuan dalam proses analisis kajian pengguna terutama prilaku pencarian informasi di sebuah lembaga perpustakaan.























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti buku. Dalam hal ini dapat dilihat degan berawalan per dan berakhiran an menjadi perpustakaan. [2]Perpustakaan dalah salah satu lembaga yang menghimpun berbagai jenis informasi yang dapat digunakan oleh seluruh penggunaperpustakaan serta didalam perpustakaan juga menyimpan karya cetak,rekam dan berbagai bentuk lainya.Dalam dunia perpustakaan yang menjadi msyarakat pemakai dapat disebut dengan pemustaka atau orang yang berkunjung, mencari dan menemukan informasi di perpustakaan baik itu informasi yang tercetak maupun non cetak.
B.     Kebutuhan informasi
Kebutuhan informasi pada setiap orang pastilah berbeda-beda dalam dalam kalagan masyarakat pstinya setiap orang memiliki kebutuan informasi yang tidak sama. Dalam hal ini para ahli pun mengemukakan juga seperti Kulthau yang dikutipoleh ishak menyatakan bahwa kebutuhan infrmasi muncul akibat kesejenjagan perngetahuan yang yang terdapat didalam diri seseorang ayng munculnya dorogan akan mencari suatu kebutuhan yang diperlukan.[3]
Dalam pandagan morgan dan king yang dikutip oleh Wilson mengemukakan bahawa munculnya jenis kebutuhan informasi dilatar belakangi dari tiga motif yaitu:
1.      Physiological motives, iyalah kebutuhan yang didasari dari diri sendiri
2.      Unlearned motives, dalam hal ini kebutuhan informasi yang terjadi karena adanya kepentigan seperti tugas, pekerjaan dan informasi yang digunakan dalam mengambil sebuah keputusan.
3.      Social motives, kebutuhan informasi terjadi karenaadanya permintaan inforamasi dari orang lain yang semestinya dicari sehingga munculah kegiatan penelusuran informasi dalam bentuk perilaku pencarian informasi[4]
Menurut Katz, Gurevitch dan Haas seperti yang  dikutip  Alexis  Tan,  orang yang mempunyai tingkat pendidian lebih tinggi banyak mempunyai kebutuhan-kebutuhannya dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Yang dimaksud adalah orang yang berpendidikan tinggi sudah jelas leih banyak membutuhkan informasi dalam menunjang proses pendidikanya serta orang yang tidak berpendidikan tinggi yang dimaksud iyalah orang yang diyakinilebih sedikit membutuhkan informasi dan informasi yang dicaripun biasanya sesuai kebutuhan saja. Dalam hal ini membahas mengenai kebutuhan–kebutuhan yang harus dipenuhi  atau yang harus dipuaskan adalah sebagi berikut:
1.      Kebutuhan    kognitif;    kebutuhan    ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan pemahaman orang terhadap lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan  pada  keinginan  individu untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu merasa ingin tahu akan segala sesuatu yang pernah dan sedang terjadi.
2.      Kebutuhan    afektif;    kebutuhan    ini dikaitkan dengan kebutuhan estetis (hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman emosional). Media komunikasi dapat dijadikan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan afektif, sebagai contoh televise, radio, dan komputer. Afeksi dalam pembahasan ini dimaknai sebagai rasa penghargaan diri terhadap situasi, kondisi, waktu, lingkungan
3.      Kebutuhan integrasi personal; kebutuhan ini dikatkan dengan penguatan kredibilitas,    kepercayaan,    satabilitas, dan  status  individu.  Kebutuhan  ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari  harga  diri. Dalam hal ini seseorang merasa tampil beda dalam menelususr informasi apalagi seseorang itu sudah lebih dulu mengetahui informasi yang akan di cari yang didapatkan secara manual ataupun online itu dapat menimbulkan kematangan dalam pencarian sebuah nformasi.
4.      Kebutuhan integrasi sosial; merupakan kebutuhan untuk berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan orang lain dalam masyarakat. kebutuhan ini sering terjadi pada setiap individu yang berkeingginan untuk berkomunikasi degan orang lain.
5.      Kebutuhan  berkhayal;  kebutuhan  ini dikaitkan dengan kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan. Apabila seseorang tidak puas dengan kehidupan sosial di lingkungannya, kemudian dapat melarikan diri ke dalam dunia yang sesuai dengan apa yang diinginkan, contohnya dunia maya.
C.    Prilaku Pencari Informasi
Perilaku pencari informasi dalam dunia maya tergantung dari kebutuhan akan informsi, kecakapan seseorang terhadap teknologi. Strategi-strategi yang dilakukan pencari informasi mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam  mendapatkan informasi sehingga bermanfaat dan sesuai dengan apa yang dicari. Dalam hal prilaku pencari informasi adalah seseorang yang benar-benar membutuhkan sebuah informasi yang dilakukan secaraberbeda-beda sesuai degan keingginan individu-individu itu sendiri. Adapun tahapan pencarian informasi   dengan   model   ini   adalah   sebagai berikut[5]
1.      Definisi tugas; setiap mahasiswa harus mampu mendefinisikan pertanyaan informasi yang akan dicarinya.
2.      Strategi  pencarian  informasi;  setelah mahasiswa dapat mendefinisikan permasalahannya, maka ia harus memutuskan   sumber   infromasi   manayang paling sesuai untuk menyelesaikan pertanyaannya.
3.      Lokasi dan akses; tahapan ini merupakan kegiatan implementasi dari strategi pencarian  informasi  yang  telah  di tetapkan di awal dengan menemukan lokasi dan akses yang sesuai.
4.      Penggunaan         informasi;         setelah mahasiswa menemukan informasi yang dibutuhkan, mereka dapat menggunakan keterampilannya untuk menggunakan informasi tersebut.
D.    Pendekatan Prilaku Pencari Informasi
Perilaku informasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan individu dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi, mencari informasi  melalui  berbagai  sumber  dan saluran informasi, dan menggunakan atau mentransfer informasi tersebut[6]. Sedangkan menurut  Putu  Laxman  Pendit  yang  mengulas pandangan TD Wilson, batasan perilaku informasi adalah sebagai berikut ini:
1.      Perilaku informasi (information behavior); merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi,   baik   secara   aktif   maupun secara pasif. Menonton acara televisi bisa dianggap sebagai perilaku informasi, demikian juga komunikasi antar muka (antar pribadi).
2.      Perilaku penemuan informasi (information  seeking behavior)merupakan upaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat adanya kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini, seseorang bisa saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawi atau manual (misalnya surat kabar, majalah, perpustakaan).
3.      Perilaku pencarian informasi (information searching behavior); merupakan perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Perilaku ini terdiri atas berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi dengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau tindakan mengklik sebuah link), maupun di tingkat intelektual dan mental (misalnya penggunaan strategi Boolean, atau keputusan memilih buku yang paling relevan di antara deretan buku di perpustakaan).
4.      Perilaku penggunaan informasi (information user behavior); yakni terdiri atas tindakan-tindakan    fisik    maupun mental yang dilakukan seseorang ketika seseorang menggabungkan  informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki sebelumnya.
E.     Jenis prilaku pencari informasi
Adapun jenis prilaku pencari informasi yang sering kita ketahui adalah sebagai berikut:
1.      Mengakses informasi
Dalam hal ini biasanya adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemustaka adalah mencoba melakukan pegaksesan sebuah informasi baik itu edia cetak maupun media elektronik. Dalam tahapan ini seseorang biasanya melakukan kegiatan penelusuran informasi bisa saja dari media handphon, internet, dan media elektronok lainya yang ada di sebuah perpustakaan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seseorang dalam proses pencarian inforamasi dalam pemenuhan kebutuhan dalam pembuatan tugas dan lain sebagainya.
2.      Mendapatkan informasi
Informasi yang sudah di akses akan di saring dan sesuai kebutuhan dan mendapatkan informsi yang sesui dan relevan. Biasanya seseorang dalam menelusur inforamasi terlebih dahulumelihat sumber informasi mana yang lebih akurat dengan kebutuhan yang dicaris, selain itu contoh yang terdapat didalam sebuah perpustakaan ketika seseorang pemustaka mencoba mencari salah satu koleksi yang berkenaan dengan bahasa maka mereka akan mencari dan mengamati terlebih dahulu bahasa mana yang akan diambil dan dijadikan sebagai kebutuhan yang sesuai dengan yang diingginkan.
3.      Mengevaluasi informasi
Informasi yang sudah di dapat hendaknya dilakukan verivkasi kembali atau di evaluasi apakah informasi yang didapat sesuai dan relevan degan keingginan pemustaka. Dalam tahapan ini biasanya dapat kita lihat bahwasanya seorang pemustaka yang datang keperpustakaan dan melakukan penelususuran serta mereka mampu mengidentifikasi sebuah informasi yag sudah didapatkan dan selanjutnya mereka akan melakukan evaluasi informasi yang sudah didapat apakah sudah sesuai dengan keingginan atau sebaliknya.
F.     Analisis Teori Wilson Mengenai Prilaku Pencarian Informasi
Wilson mengemukakan pendagan ya terhadap konsep perilaku pencarian informasi yang mana hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebutuhan fisiologis, efektif maupun kognitif dala hal itulah yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berprilaku mencari informasi dan selain itu ada beberapa faktor lai yang memperngaruhi seperti rintangan yang dilakukan seseorang dalam bertindak dalam lingkungan sebuah sistem informasi.
Dalam hal ini Wilson menggambarkan perilaku pencarian informasi dalam dua model. Model yang pertama di buat pada tahun 1981 dan yang kedua pada tahun 1996. Model yang pertama di identifikasikan dalam 12 komponen  yang di mulai dari pengguna informasi.[7]
Pengguna informasi dalam model ini mempunyai kebutuhan informasi tertentu. Dari kebutuhan informasi tersebut, akan menciptakan perilaku pencarian informasi yang terdiri dari permintaan sistem informasi dan permintaan sumber informasi lain. Hasil dari perilaku pencarian infromasi tersebut yaitu sukses atau gagal. Ketika proses tersebut sukses maka pengguna  mendapatkan  informasi,  dan  akan  timbul  rasa  puas  dan  tidak  puas  yang  dilanjutkan ke proses    transfer  informasi  kepada  orang lain,  kemudian  terjadilah kegiatan pertukaran informasi.
Model yang kedua ini terbatas pada kontek pencarian informasi dan Wilson menganggap bahwa perilaku informasi  merupakan  proses melingkar  yang  langsung berkaitan  dengan  pengolahan  dan pemanfaatan  informasi  dalam  konteks  kehidupan  seseorang. Pada tahun 1996 wilson merevisi teorinya sendiri yang telah diusulkanya pada tahun 1981, perilaku pencarian informasi yang diusulkan oleh wilson(1996) yaitu:
1.      Passive attention, yang dimaksud dalam hal inidalah perhatian pasif yan dilakuka seseoran yang terdapat dimamapu ia berada dalam perolehan sebuah inforamasi terjadi,dalam hal ini dapatdiberikan contoh seperti seseorang yang mendengarkan radio ataupun menonton televisi dimana dalam hal ini sebelumnya tidak ada niatan seseorang  dalam mencari informasi. Dala hal inicontoh disebuah perpustakaan iyalah seseorang yang msebelumnya hanya main-main keperpustakaan dan dia melihat ada buku yang menarik alalu ada ketertarikan untuk meminjam salah satu koleksi yang tampa sengaja ia temukan.
2.      Passsive search, Dalam hal ini suatu peristiwa yang ditandai dengan adanya tingkah laku dalam pencarian yan dilakukan oleh seseorang yang dihasilkan dari perolehan inforamasi yang relevan tehadap dirinya. Contoh nya dalam hal in ada seseorang yang mencari sebuah informasi disebuah perpustakaan yang sesuai dengan jurusanya seperti ia sedang mencari tentang fisika maka diapun akan mencari koelksi yang berkaitan dengan pelajaran fisika.
3.      Active search dlam hal ini wilson mengungkapkan bahwa pencarian aktif iyalah tipe pencarian yang dilakukan saat seseorang secara aktif mencari sebuah inforamasi. Dalam hal ini kita dapat melihat contohnya seperti pengguna perpustakaan yang sering datang ke perpustakaan dengan mencar satu sumber-sumber informasi yang berkaitan dengan kebutuhan mereka serta kegiatan pencarian informasi ini secara rutin dilakukan. Seperti seseorang yan mencari buku atau koleksi yang berkenaan dengan pembelajaran kimia maka pada hari itu dan pada kesempatan selanjutnya mereka akan mencari buku atau koleksi yang lainya hal ini bersifat continue.
4.      On going, pada kesempatan ini wilson menawarkan konsep yang dihasilkan dari dirinya sendiri dengan menyebutkan bahwa perilaku pencarian informasi meliputi pencarian yang bersifat berlanjut dalam hal ini dijelaskan bahwa dengan pencarian yang berlanjut dan dapat disusun membuat kerangka dasar dari sebuah gagasan, kepercayaan, nilai dan  sebagainya, kemudian pencarian informasi akan terus berlanjut dilakukan untuk memperbaharui serta memperluas sebauh kerangka tersebut. Dalam hal ini dapat dilihat contohnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang akan mencari inforamasi mengenai politik dan ekonomi serta ketika kita kaitkan denga perpustakaan maka perilaku ini telah terjadi di sebuah perpustakaan seperti seseorang akan mencari sebuah katalog dengan menggunakan opac atau yang bisa kitakenal dengan sarana pencaria informasi bag para pengguna dalam rangka mempermudah pencarian dan temu kembali sebuah informasi.
Dari penjelasan diatas maka  wilson menjelaskan bahwa perilaku informasi merupakan proses yang melingkar yang langsing berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan sebuah nformasi yang terdapat dalam kehidupan seseorang. Dalam hal ini prilaku pencarian inforamasi tidak langsung datang dari diri seseorang melainkan adanya tekanan dan dorogan kebutuhan akan inforamasi yang dapat dipicu juga akan pemahaman dan pengetahuan yang menjad persoalan dalam hidup seseorang.  
Kebutuahan  akan  informasi tidak langsung berubah menjadi perilaku mencari informasi, melainkan harus dipicu terlebih dahulu oleh pemahaman seseorang tentang persoalan dalan kehidupannya. Kemudian, setelah kebutuhan informasi berubah menjadi aktivitas mencari informasi, ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku tersebut, yaitu:
1.      Kondisi psikologi seseorang
Bahwa seseorang  yang  sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira dan dalam hal ini orang akan menampilkan sikap yang berbeda dalam melakukan penarian infrmasi.
2.      Demografis
Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam hal ini. Kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang. Peraruh geografis ini melingkupi kelas sosial masyarakat yang cenderung akan dapat mempengaruhi suatu perilaku seseorang dan tidak hanya itu kebiasaan ini timbul dari dorogan dan kebiasaan yang suduah muncul seperti seseorang yang tidak terbiasa dengan mengakses informasi menggunakan media degan orang yang sudah hidup di zaman teknologi yang semakin maju dan berkembang.
3.      Peran seseorang di masyarakat
Peran ini khususnya dalam hubungan interpesonal ikut mempengaruhi perilaku informasi. Dalam hal ini seperti sangat berdampak kepada perilaku seseorang seperti contohnyaseorang guru yang ada di sebuah sekolah yang akan menyebabkan perilaku berbeda dibandingkan dengan seorang pelajar serta seandainay mereka berdua pergi keperpustakaan dan ertanya ke petugas perpus pati memilikicara dan sikap yang berbeda dalam bertanya dan bertingkah laku dalam proses mencariinformasi.
4.      Lingkungan.
Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun degan lingkungan yang lebih luas
5.      Karakteristik sumber informasi
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi. Kelima faktor diatas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya  seseorang  menunjukkan  kebutuhan informasi  dalam  bentuk  perilaku pencari informasi dalam hal ini kitadapat melihat bahwasanya seseorang  yang sudah terbiasa dengan media dalam menelusur informasi maka akan jauh berbeda dengan orang yang jarang menyentuh yangnamanya mediahal ini disebabkan oleh keterbatasan ekonomi maupun kondisi sosial budaya masyarakatnya.
            Berdasarkan penjelasan diatas dari lima fator itu menurut wilson sungguh sangat mempengaruhi seseorang dalam bagaimana ia berusaha dalam memenuhi kebutuhan inforamasinya dalam bentuk perilaku pencarian informasi. Dalah hal ini banyak orang selalu menimbang akan resiko yang dia lakukan dalam pencarian informasi serta pada tahapan ini seseorang banyak menyesuaikan atau menselaraskan tentang kondisi dan situasi yang mereka hadapi seperti seorang dosen atau profesor ketika dia berbicara dengan masyarakat yang biasanya tidak sekolah atau bukan dari gologan akademisi maka sikap yang dimunculkan oleh seorang profesor itu papsti berbeda.
            Pada ahirnya, didalam konsepnya wilson ini dapat kita sksikan bersama bahwa terdapat berbagai prilaku pencarian informasi yang di usung oleh wilson yang diantaranya meliputi, perhatian pasif seperti melakukan observasi dan browsing dalam mencari informasi sampai pada tahapan pencarian secara berkala dan tidak hanya itu kita juga tidak bisa menganggap seseorang yang datang keperpustakaan hanya semata-mata mempunyai kebutuhan yang jelas dan pasti akan etapi kemungkinan besar banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemenuhan kebutuhan serta yang terbentuk menjadi sebuah prilaku.
G.    Analisis pemikiran david ellis dalam proses pencarian informasi
Ellis dalam Yusup mengemukakan beberapa karakteristik perilaku informasi berdasarkan penelitiannya terhadap para peneliti social, sains, dan insinyur. Ellis melakukan pengamatan terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan objeknya dalam mencari informasi seperti  membaca,  meneliti  di laboratorium,  dan  menulis  makalah[8]kegiatan-kegitan tersebut menjadi :
a.       Starting
Yaitu kegiatan  yang sifatnya pencarian awal informasi seperti  mengidentifikasi referensi yang dapat menjadi titik awal daur pencarian. Referensi ini termasuk sumber yang telah digunakan sebelumnya seperti sumber lain yang diharapkan menyediakan informasi yang digunakan. Contoh dalah tahapan ini adalah seorang individu sudah menemukan sebuah informasi yang dia temukan lalu dia hanya terfokus ke satu sumber saja serta walapun sumber yang dia dapat sudah beberapa kali digunakan. Hal ini biasanya menimbulkan dampak kepada kegiatan prilaku pencarian informasi yang salah atau dapat dikatakan bisa saja baik dan bisa saja tidak baik, dimaksudn yang baik adalah mereka menemukan satu sumber informasi lalu mereka berusaha untuk memparaprasenya dan yang dimaksuddenga kurang baik adalah mereka yang menemukan satu sumber informasi lalumereka tidak lagi memparaprsen serta langsun mereka ambil saja seperti copy paste.
b.      Chaining
Yaitu kegiatan merunut rangkaian sitasi atau bentuk hubungan referensial antarmateri atau sumber sumber yang diidentifikasi selama aktivitas ‘starting’. Aktivitas ini bisa saja mundur atau  maju.  Aktivitas  chaining  mundur  dilakukan  apabila  referensi  yang  dipakai  adalah sumber utama. Sebaliknya, aktivitas chaining maju dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengikuti referensi menuju sumber lain yang mengacu pada sumber asli. Tahapan ini meliputi kegiatan pencarian informasi yang dilakukan oleh seseorang yang mana mereka melakukan penelusuran informasi serta dalam hal ini dia juga berusaha untuk menelusur sumber dan mengindentifikasi sumber yang sudah didapat sebagai salah satu alat utuk menemukan sumber-sumber yang lainya sehinggassampai ia menemukan dan mendapatkan sumber aslinya. Maksunnya orang akan menelusur informsi tidak dengan satu sumber saja melainkan dia akan mencari sumber utamanya.
c.       Browsing
Yaitu kegiatan mencari informasi di wilayah tertentu yang dianggap memiliki potensi. Kegiatan ini tidak hanya membaca sekilas jurnal yang sudah dipublikasikan dan table isi saja tetapi juga referensi dan abstrak yang menyertai sumber informasi tersebut. Pada tahapan iniseseorang melakukan kegiatan seperti ia menelususr sebiah informasi di sebuah internet yang lalu mereka mendowload sebuah artikel jurnal dan mereka terlebih dahulumelihat sebuah informasi yang berkaitan denga apa yang sudah ia cari melalui melihat abstrak nya dulu lalu melihat sumber-sumber yang berkaitan denga hal itu.

d.      Differentiating
Yaitu kegiatan memilah informasi yang diperoleh dengan memanfaatkan pengetahuan mengenai perbedaan ciri-ciri sumber informasi (misalnya, pengarang, cakupan, tingkat detail, dan kualitas) tersebut guna mengetahui kualitas informasi. Dalam kegiatan ini dimana seseorang berusaha untuk mengenali sumber-sumber informasi dan mulai melakukan penngidentifikasian sebuah sumber informasi yang sebelumnya dia mengetahui kriteria-kriteria sumber informasi yang dianggapnya jelas seperti pengecekan judul, pengarang serta tahun terbit sehingga mereka mengetahui bahwasanya informasi yang sumbernya terpercaya dan berkualitas pasti mengandung informasi yang akurat dan relevan.
e.        Mentoring
Yaitu kegiatan memantau perkembangan di lapangan dengan mengikuti sumber-sumber tertentu yang telah dipilih secara teratur (misalnya, jurnal utama, Koran, konferensi, majalah, buku, dan katalog). Dalam tahapan ini seseorang biasanya mekaukan kegiatan pencarian informasi berdaskan sumber literatur yang sudah dipilih dan sifatnya teratur dan sitematis seperti seseorang menelusur sebuah inforamsi melalui jurnal, koran , surat kabar, tablid dll.
f.       Extracting
Yaitu aktivitas  yang berhubungan  dengan  melanjutkan  pencarian  dengan  menggali  lebih dalam sumber informasi dan mengidentifikasi relevansi materi yang ada dengan selektif. Kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencari sebuah informasi secara terus menerus dan berusaha untuk mengidentifikasi inforamasi yang sudah didapat serta mengamati keakuratan sebuah isi dan relevansi dari sebuah infomasi tersebut.
g.      Verifying
Pada tahap ini pemustaka melakukan pengecekan informasi yang meraka temukan selama pencarian, dan memilih yang sesuai dengan kebutuhan informasinya.

h.      Ending
Tahapan ini merupakan tahapan akhir, dimana pemustaka melakukan diskusi bersama pihak lain  yang  dianggap  lebih  mengetahui  informasi  yang  dikaji  guna  dalam  menentukan informasi mana yang digunakan.
H.    Analisis teori perilaku pencari informasi Kuhlthau
Mengenai penjelasan tentang prilaku pencari informasi telah kita ketahui bahwa tokoh-tokoh yang sudah terkenal seperti wilson, david ellis maka selain dari dua tokoh itu maka adasalah satu tokoh yang memberikan konsep teori mengenai perilaku pencarian infroamasi seperti Kuhlthau berdasarkan apa yang sudah di kemukakakanya mengenai perilaku pemcarian informasi memiliki beberapa tahapan diantaranya iyalah[9]:
1.      Initiation, dalam hal ini melalui tahapan ini seseorang menyadari bahwa informasi yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan seperti pengerjaan tugas. Dalam hal ini seseorang lebih cenderung untuk merenungkan sesuatu yang ingin dikerjakan atau sesuatu yan ingin dicari berdasarkan dengan pemahaman dan mengalaman yang mereka punya serta mempertimbangkan suatu topic yang akan dicari agar dapat melengkapi tugasnya, akan tetapi dalam hal ini perasaan mereka cenderung dilingkupi dengan perasaan ketidakpastian. Cntohnya dalam hal ini seperti sesorang yang ingin mencari buku pelajaran akan tetapi meraka binggung buku pelajaran yang sepertiapakah yang tepat.
2.      Topic selection, tahapan ini dimana seseorang merasa perasaanya yang merasakan ketidakpastian masih berlanjut dan dalam hal ini mereka merasa ada sedikit optimisme dan kegembiraan ketika sesuatu kegiatan seleksi selesai dibuat. Hal yang dilakukan sesorang untuk megidentifikasi dan berusaha memilih topic yang utama  yang sekiranya akan diteliti dan selanjutnaya akan memikirkan metode apa yang digunakan dalam proses pencarian. Contohnya dalam hal ini seperti orang yang sedang mengamati sesuatu kejadian serta meraka berusa untuk menganalisis dan mencarikan metode yang tepat dan solusi penyelesaianya dengan rasa percaya diri.
3.      Exploration, dalam tahapan ini adalah salah satu proses yang sangat membinggungkan dan yang paling sulit karena perasaan ketidak pastian akan bertambah seiring dengan sebuah pencarian yang dilakukan menemui ketidak cocokan dan tidak konsisten dengan konsep yang ada sebelumnya. Dalam hal inidapat kita berikan contoh seperti seseorang yang menelusur informasi di perpustakaan dan mereka menemukan informasi yang tidak sesuai ata tidak cocok dengan keingginan.
4.       Focus formulation, yaitu tahapan dimana ketidak jelasan berkurang dan dalam hal ini munculnya kepercayaan diri yang meningkat. Dalam hal ini juga menghimpun informasi yang sudah didapatkan dan di indentifikasi serta dipilih untuk mmbentuk suatu pandangan yang focus. Dalam hal ini contohnya seseorang sudah mampu memikiran salah satu topic tertentu dan menjadikanya fokus serta mulailah tahapan pencarian ke rak dan tampa memikirkan hal-hal yang lain yang diluar fokus itu sendiri.
5.      Collection, dalam hal ini dapat dilihat bahwa interaksi antara pengguna dan sistem sangat berhubungan dan dapat diyakini bahwa sangat epektif dan efesien. Contoh dari tahapan iniseperti seseorang pemustaka yang keperpustakaan lalau dia menggunaka alat penelusur seperti opac yang mereka yakini bahwa akan mendapatkan informasi yang cepat dan tepat.
6.      Presentation, yaitu tahapan dimana ada perasaan yang lega dan kurangnya akan kehawatiran serta perasaan yang dirasa puas ketika pencarian berjalan dengan baik, kekecewaan atau sebaliknya. Contohnya iyalah seperti pemustaka yang mencari informasi lalu mereka menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan serta bisa juga mereka mendapati kekecewaan dengan informasi yang didapat kurang sesuai atau tidak cocok dengan keingginan.


I.       Implementasi Teori  Ellis (Perilaku Pencarian Informasi)
Berdasarkan penjelasan diatas maka prilaku pencari informasi diperpustakaan adalah salah satu yang tidak terlepaskan dari setiap individu maupun kelompok dan hal ini tampak jelas degan banyaknya prilaku pencari informasi di sebuah perpustakaan iyalah hasil dari sebuah pemikiran pemustaka dalam proses penelusuran informasi yang diyakini dapat sesuai dengan keingginan dan kebutuhan. Melihat lebih jelas bahwasannya banyak teori-teori yang membahas mengenai bagaimana siklus prilaku pencarian informasi yaitu teori wilson dan teorinya david elllis. Hal ini dapat dianalisis bahwasanya dilihat dari katakteristik teori dan tingkat kesesuaiannya degan pemustaka pada saat ini yang dianggap dapat di pakai dan sesuai iyalah penggunaan teorinya david
Hasil dari penemuan-penemuan yang didapatkan oleh ellis dapat kita gambarkan tahapan-tahapan dalam proses pencarian informasi yang paling utama di temui di teorinya Ellis iyalah degan starting dan diakhiri dengan ending. Dalam hal ini teori yang di kemukakan ellis dapat dilihat dari kesesuaianya yang lebih cocok untuk diamlikasikan di sebuah perpustakaan perguruan tinggi karena karena pemustakanya banyak melakukan penelitian seperti skripsi, thesis, dan disertasi.[10]
Teori Ellis dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan pengguna pada saat mencari sebuah informasi yang yang dikemukakan Ellis, dimana terdapat proses differentyating, monitoring dan verypying dalam hal ini sebuah pencarian informasi yang dilakukan perlu melakukan pegecekan, memantau dan memilih sebuah informasi yang cakupanya lebih luas sehingga perlu aadanya kegiatan kerjasama antar perpustakaan dan layanan silang perpustakaan.
Membahas lebih jauh mengenai teori yang di kemukakan oleh Ellis dalam hal penerapannya teori ini tidak cocok untuk digunakan di sebuah perpustakaan sekolah, apalagi sekolah dasar karena proses nya yang diawali dengan starting,chaining, dan monitoring. hal ini tampak jelas ketika di sekolah harus memulai degan bertanya kepada orang yang lebih ahli serta pencari informasi juga bisa menuliskan inforamasi-informasi yang dianggap penting dan memantau informasi terbaru, sayangnya teorinya Ellis ini belum bisa diterapkan, karena diperpustakaan sekolah pemustakanya masih anak-anak dan dirasa kurang efektif.
J.      Implemtasi teori Wilson (Prilaku Pencarian Informasi)
Dalam penerapan teori Welson yang mebahas mengenai prilaku pencari informsi yang dapat kita lihat bahwa teori ini memiliki cakupan yang sangat luas dan kompleks yang dapat digunakan di berbaga jenis perpustkaan. Hal ini disebabkan oleh sikap pencarian informasi yang tidak terfokus kepada tujuan dalam mencari sebuah informasi yang dilakukan oleh pemustaka di sebuah perpustakaan.[11] Maksudnya ketika pemustaka pergi keperpustakaan dan mereka melihat ada judul buku yang menarik maka mereka baca dan menarik perhatian pastinya mereka akan mencari judul yang lain yang lebih menarik. Dalam hal ini penulis beranggapan bahwa teori Wilson dapat diterapkan di berbagai perpustakaan dan strategi yang harus dilakukan dalam perpustakaan untuk mengantisipasi prilaku pemakai pada teorinya Welson ini adalah dengan cara menambah fasilitas penelusur dan perbaikan kualitas koleksi yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Bentuk implementasi teori wilson di perpustakaan adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan fasilitas peneusuran
Dalam ha ini didalam perpustakaan peru menyediakan fasilitas peneusuran seperti opac dan kataog manual yang biasanya digunakan oleh seorang pemustaka dalam proses pencarian informasi serta denga melihat kapasistas teori wilson ini yang cakupanya sangat luas maka fasilitas adalah salah satu sarana penunjang bagi pemustaka dalam proses pencarian seperti seseorang sendang menelusur informasi dan memerlukan jarigan internet dan tempat duduk yang dapat memungkinkan seseorangdapat merasa nyaman dalam proses penelusuran sehingga fasilitas yang disediakan dapat memungkinkan digunakan banyak orang khususnya di sebuah perpustakaan.
2.      Memberikan arahan
Penerapan konsep wilson ini didalam kesempatan ini perlu melakukan arahan aaupun bimbigan peneusuran inforamasibagipara pemustaka sehingga kebutuhan pemustaka akan lebih efektif ditemukan. Dan dalam hal inidiperpustakaan tentunya memiliki tenaga profesiona pustakawan yang pasti siap dalam membantudan mengarahkan seorang pemustaka yang sedang kesulitan dalam proses penelusuran informasi, tentu hal ini akan memudahan sesorang dalam menemukan sebuah informasi yang ia cari.
3.      Menyediakan koleksi yang sesuai.
Dalam tahapan ini adalah yang diamana seseorang akan mereasa kebutuhan informasi akan dipenuhi dengan banyaknya informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan dalam hal ini penerapan diperpstakan perlu menyediakan banyak koleksi inforamsi baik cetak maupun non cetak sehinggaseseorang akan lebih mudah dalam menemukan informasi. Seingga jangkauan seseorang dalam menelusur bisa lebih luas da tidak bersifat kompleks.
K.    Implementasi Teori Kuhlthau dalam prilaku pencarian informasi
Dalam konsep teori yang di usung oleh kuhtlhau  dalam hal ini dia erpendapat bahwa didalam konsepnya menyebutkan bahwa dalam langkah-langkah pencarian informasi adalah sebuah alur yangsangat apik yang dipengaruhi oelh berbagai macam aspek seperti kebutuhan kognitif, afektif dan motorik. Dalam hal inidapat kita lihat bahwa terdapat sebuah penelitian yang telah dilakukan kuhlthau. Dia menjelaskan bahwa bagaimana seseorang sisiwa, mahasiswa dan kariawan. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa yang pas untuk penerapan teorinya kurhthau ini iyalah seperti di berbagai jenis perpustakaan. Dlam dalam hal ini teori yang sangat sederhana iyalah konsepnya Ellis yang mana didalam perpustakaan harus adanya jaringan yang luas dan dalam penjelasan ini maka terlihat jelas bahwa teorinya kurhthau ini tidak memiliki on going search dan monitoring sebagaimana yang diungkapkan oleh wilson dan Ellis. [12]
Dalm imlikasinya salah satu teori kurthau ini sepertinya melakukan antisipasi didalam sebuah perpustakaan dengan cara meningkatkan kehandalan fasilitas penelusuran informasi kecakapa serta pentingnyakeramahan pustakawan dalam memberikan layanan yang baik serta menyangkut masalah ketersediaan koleksi yang ada disebuah perpustakaan. Karena dalam hal ini telah kita ketahui bahwwa aspek psikologis sangat mempengaruhi suatu kegiatan yang sering disebut denga keberlangsungan proses pencarian informasi maka dapat kita analisa ketika yang terjadi dilapangan menunjukan bahwa salah satu fasilitas seperti pustakawan, kan kualitas koleksi buruk pastinya banyak pemustaka yang merasa kecewa pada saat proses kegiatan penelusuran.     
L.     Persamaan Dan Perbedaan Teori Wilson, David Ellis Dan Kuhlthau
Dalam dunia informasi seperti saat ini banyak cara seseorang dalam menelusur sebuah informasi baik itu di lembaga informasi seperti perpustakaan, musium dan lembaga lainya. Dalam hal ini tentunya benyaknya bermunculan perilaku pencarian inforamasi yang dilakukan seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan inforamasi. Hal ini sudah jelas bahwa ketika kita membahas mengenai perilaku pencarian informasi tentu tidak terlepas dari peran orang-orang hebat yang berpengaruh seperti  wilson yang mengemukakan konsepnya mengenai prilaku pencarian informasi pada seseorang serta dalam hal ini selain wison ada konsepnya David Ellis dan Kkuhthau yang juga memberikan konsep teori mengenai proses priaku pencarian informasi.
Penjelasan mengenai berbagai perbedanaa dan persamaan dalam menjelaskan konsep perilaku pencarian informasi yang terjadi pada setiap orang serta hal ini pun tentu memiliki perbedaan yang membuat beberpa konsep ini memiliki khas dan caranya tersendiri dalam mengartikan konsep pencarian inforamsi.
Hal ini tentu terlihat dari beberapa kosep ini adanya perbedaan dan persamaan. Persamaan dan perbedaan tiga teori diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kategori
Teori Ellis
Teori Wilso
Teori Karhtlau
Istilah
Dihubungkan dengan information retrival
Information seeking behavior yang menjadi bagian dari information behavior
Information search process(ISP)
Cakupan
Termasuk dalam tahap pencarian aktif yang dikemukakan oleh wilson
Selain pencarian aktif , wilson juga membahas bagaimana informasi itu muncul
Termsuk dalam pencarian aktif yang di kemukakan oleh wilson
Tahapan
Tidak urut
urut
Urut
Tujuan
Hanya mengambarkan ciri-ciri perilaku pencarian informasi dan strategi yang digunakan
Menjelaskan perilaku informasi menurut awal kemunculanya dan hal-hal yang mempengaruhinya.
Menghubungkan dengan aspek psikologis manusia,untuk menjelaskan perasaan dan pemahaman manusia ketika melakukan pencarian informasi.
Keberlanjutan pencarian
Terdapat elemen monitoring
Adanya tahap on going search.
Pencarian informasi selesai dengan adanya tahapan presentation.

Dari beberapa uraian diatas mengenai teori pencarian infrormasi yang dikemukakan oleh David Ellis, Wilsondan Kuhtlau dapat kita analisis adanya perbedaan dan kesamaan diantara keduanya iyalah:
a.       Perbedaanya
Menurut cakupanya bahwa teori David Ellis dan Wilson memiliki perbedaan diantaranya teori Wilson cakupanya lebih Luas daripada cakupan yang dikemukakan oleh Ellis. Alasanya kenapa teori Wilson dianggap lebih Luas karena menurut Wilson prilaku pencari informasi yang aktif yaitu prilaku yang memang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Wilson memperjelas lagi bahwa prilaku pencari infrormasi bermula muncul dari kebutuhan yang tidak sengaja. Berbeda degan penjelasan yang dikemukan oleh ellis tidak memiliki langkah-langkah, namun hanya membuat elemen yang tahapanya bisa saja tidak berurutan dan berbeda tiap individu. Selain perbedaa ellis dan wilson maka ada kurthlau juga sedikit berbeda namun saling berhubungan diantaran kurthau dalam hal ini hanya membahas apa yang dikatakan oleh wilson saja sebagai pencarian yang aktif saja yang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhannya.
b.      Persamaanya
Dari beberapa perbedaan yang kita temui di dua teori diatas maka kita dapat pula menemui persamaanya dalam siklus pencarian informasi diantaranya teori Ellis dan Wilson adanya tahapan on going search dan monitoring. Hal ini dimaksudkan untuk tetap melakukan pemantauan atau pencarian lanjutan terhadap informasi-inforasi yang mutakhir. Dalam hal ini konsep kurhthau juga memiliki persaaman diantara konpep teori yang dituangkan oleh Ellis dan Wilson, disini dapat dilihat bahwa model pencarian informasi kurhthau ini mengatakan bahwa setiap pencarian informasi masih bisa berlanjut walapun kemungkinan ditegah jalan akan berhenti dan seseorang itu akan merasakan keputusasaan. Akan tetapi kurhthau ini berusaha untuk menghubungkan tahapan-tahapan perilaku pencarian informasi dengan aspek yang berkaitan dengan pemahaman serta perasaan manusia yang sering mengalami peningkatan ataupun penurunan dalam pemenuhan kebutuhan informasi.






BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prilaku pencari inforamsi memeliki beragam cara dalam menemukan sebuah informasi serta informasi yang didapat juga semestinaya sesuai degan kebutuhan dan ke ingginan pemustaka itu sendiri. Membahas mengenai prilaku pencari informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi maka dari perbandigan teori diatas maka penulis lebih condong ke teori Wilson karena beberapa komponen yang ada  dirasa sesuai dengan budaya masyarakat informasi yang ada saat di berbagai macam perpustakaan. Bukan itu saja tetapi penulis lebih condong untuk memilih teori yang sesuai untuk para peneliti kususnya penggunaan teori ini di terapkan di perpustakaan perguruan tinggi.

















DAFTAR PUSTAKA
Case, Donald O. (2002). Looking for information: a survey of research on information seeking, needs, and behavior. London: Academic Press.
Ishak, kebutuhan informasi mhasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) FK, UI Dalam memenuhi tugas journal reading.pustaha. Vol.2, Des. 90-101, 2006
Wilson,    T.    D.    (1999).    Models    information behavior  research.  Journal  of Documentation,55(3), 249-270
Yusup, Pawit M. dan Priyo Subekti. (2010). teori &.(2012).  Perspektif  manajemen praktik     penelusuran     informasi     (information retrieval). Jakarta: Prenada Media.
Meho, Lokman I. 2003. Modeling the Information-Seeking Behavior of Social Scientists: Ellis’s Study Revisited. Journal of the American Society for Information Science and Technology. Volume 54, Issue 6, Article first published online: 25 FEB 2003.
Muslim faturahman, Model-Model Perilaku Pencarian Informasi, (Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),2017
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan:Suatu Pendekatan Praktik, sagung seto:jakarta 2006
Wilson, T.D, informastion-seeking Behaviour:Desingning information systes to meet aour client needs, 1995, https;//informationr.net/tdw/publ/papers/acuril.html diakses pada jum’at 20 Desember 2019.
Widiyastuti, perbandigan teori prilaku pencarian informasi menurut Ellis, Wilson dan Kulthau, Jurnal Pustaka Budaya , vol 3, No. 2 juli 2016
Wiji suwarno, Dasar-dasar ilmu perpustakaa:sebuah pendekatan praktis, Jogyakarta:arruz,2014.


                                                 





[1] Wiji suwarno, Dasar-dasar ilmu perpustakaa:sebuah pendekatan praktis. Hal.21
[2] Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan:Suatu Pendekatan Praktik, sagung seto:jakarta, 2006.hlm 11
[3] Ishak, kebutuhan informasi mhasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) FK, UI Dalam memenuhi tugas journal reading.pustaha. Vol.2, Des. 90-101, 2006, Hlm 91
[4] Wilson, T.D, informastion-seeking Behaviour:Desingning information systes to meet aour client needs, 1995, https;//informationr.net/tdw/publ/papers/acuril.html diakses pada jum’at 20 Desember 2019.
[5] Eisenberg, M.B. dan Berkowitz, R.E.. (1990). information  needs  and  information problem solving: the big six skills approach to            library and informationskills
[6] Wilson,    T.    D.    (1999).    Models    information behavior  research.  Journal  of Documentation,55(3), 249-270
[7] Case, Donald O. (2002). Looking for information: a survey of research on information seeking, needs, and behavior. London: Academic Press.

[8] Yusup, Pawit M. dan Priyo Subekti. (2010). teori &.(2012).  Perspektif  manajemen praktik     penelusuran     informasi     (information retrieval). Jakarta: Prenada Media.

[9] Widiyastuti, perbandigan teori prilaku pencarian informasi menurut Ellis, Wilson dan Kulthau, Jurnal Pustaka Budaya , vol 3, No. 2 juli 2016

[10] Ibid, hlm 61
[11] Ibid, hlm 62
[12] Ibid, hlm 63

Penulis

Tentang Saya Halo, saya Hendra Junawan. Saya seorang penggemar teknologi, pendidikan, dan olahraga. Melalui blog ini, saya berbagi wawasan, tips, dan inspirasi di tiga bidang yang saya cintai ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat! --- Bagaimana, apakah ini sudah sesuai dengan yang Anda harapkan?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak